Beranda | Artikel
Bukti Seseorang Mencintai Allah – Tafsir Surah Ali Imran 31
Jumat, 15 Maret 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Bukti Seseorang Mencintai Allah – Tafsir Surah Ali Imran 31 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 1 Ramadhan 1445 H / 12 Maret 2024 M.

Bukti Seseorang Mencintai Allah – Tafsir Surah Ali Imran 31

Kita masuk ke Surah Ali Imran ayat 31. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah: ‘Jika kalian memang mencintai Allah, maka ikutilah aku (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 31)

Ayat ini dinamai oleh Salafush Shalih dengan nama Ayatul Imtihan (ayat ujian). Karena ada suatu kaum yang mengaku-ngaku katanya mencintai Allah, maka Allah memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menantang mereka dengan timbangan ini. Allah katakan, “Katakan, ‘Jika kalian memang mencintai Allah (artinya jika kalian memang jujur dalam mencintai Allah), maka ikuti aku (yaitu Rasulullahi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam)`”.

Sehingga setiap orang yang mengaku-ngaku bahwa dia cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ia butuh bukti. Kalau tidak ada buktinya maka percuma. Dan bukti mencintai Allah adalah ittiba’, yaitu mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Tentunya untuk ittiba’ itu tidak mudah. Kita harus mengenyampingkan hawa nafsu, harus mengalahkan syahawat, harus melemparkan untuk mendahulukan akal. Orang yang mengikuti syahwat dan hawa nafsu, maka dia sangat sulit untuk ittiba’. Hal ini karena perintah-perintah nabi kebanyakan tidak sesuai dengan hawa nafsu dan syahawat, larangan-larangan nabi kebanyakan sesuai dengan hawa nafsu dan syahawat.

Orang yang sangat mengagungkan akal, seringkali dia menolak dalil. Karena banyak dalil-dalil yang tidak sesuai dengan akal. Dalam shalat, coba pikirkan dengan akal, kenapa shalat subuh dua rakaat, kenapa shalat dzuhur empat rakaat, kenapa tidak dibalik saja? Karena ini masalahnya bukan akal, tapi memang murni dari perintah Allah. Ketika mengusap khuf, yang kita usap bagian atasnya, bukan bagian bawah. Padahal yang yang menginjak najis dan kotoran adalah bagian bawah. Secara akal ini tidak masuk di akal. Dan banyak lagi perkara-perkara yang lain. Maka kalau semua dalil diminta untuk mengikuti akal akan hancurlah kebenaran.

Balasan Ittiba’

Di sini Allah memberikan dua balasan untuk orang yang ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yang pertama yaitu Allah akan mencintai kamu. Dicintai oleh Allah itu lebih penting daripada kita mencintai Allah. Walaupun dua-duanya penting, tapi kalau ditanya mana yang lebih penting, maka dicintai oleh Allah itu lebih agung.

Berapa banyak orang yang mengaku-ngaku mencintai Allah, seperti orang Sufi, tapi perbuatan mereka dengan melakukan kebid’ahan dan tidak ittiba’, maka bagaimana Allah akan cinta kepada mereka? Maka tanda orang yang dicintai oleh Allah adalah dijadikan dia ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Adapun orang yang tidak ittiba’ kepada Rasulullah, senangnya berbuat bid’ah dalam agama, walaupun lisannya mengaku cinta kepada Allah, maka itu tidak diterima. Karena Allah tegas mengatakan bahwa bukti cinta kepada Allah adalah ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itulah yang mendatangkan cinta Allah kepada kita.

Balasan kedua yaitu “Allah akan ampuni dosa-dosa kalian.” Subhanallah, ternyata ittiba’ kepada rasul itu sebab diampuni dosa. Kita berusaha untuk ittiba’ dalam aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Maka dari itu orang yang mengagungkan akal dan menolak dalil hanya dengan karena akal belum ittiba’. Orang yang mengikuti agama sesuai dengan selera saja belum ittiba’. Ittiba’ itu ketika dia betul-betul lebih mendahulukan dalil daripada akal, hawa nafsu dan syahawat.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Bukti Seseorang Mencintai Allah – Tafsir Surah Ali Imran 31


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54010-bukti-seseorang-mencintai-allah-tafsir-surah-ali-imran-31/